Merawat Minat Baca Masyarakat
- Loga Prity Dewi
- Aug 9, 2021
- 3 min read
Updated: Sep 1, 2021
22 Desember 2020
Indonesia menjadi negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak ke-2 di dunia setelah India. Dilansir INDOPOS.co.id, Muhamad Syarif, Kepala Perpustakaan Nasional, mengatakan bahwa Indonesia memiliki 164.610 perpustakaan. “Infrastruktur perpustakaan Indonesia nomor dua berada di bawah India yang memiliki 323.605 perpustakaan dan berada di atas Rusia dengan 113,440 perpustakaan serta Cina di urutan keempat dengan 105,831 perpustakaan” jelas beliau.
Dilansir dari akurat.co Menurut Muhammad Syarif, minat baca Indonesia sebenarnya tidak rendah hal ini dapat dilihat dari fakta di lapangan. “Faktanya, kuda pustaka di Gunung Slamet sampai hari ini masih menjadi favorit bagi anak-anak di sana, perahu pustaka di Mandar, becak pustaka, ada angkot pustaka di Bandung, bahkan ada sapi pustaka di Lampung, dan perpustakaan keliling selalu dikejar anak-anak jika buku itu datang” jelasnya.
Meskipun Indonesia memiliki banyak perpustakaan hanya 0,58 persen atau 910 perpustakan saja yang terakreditasi Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Selain itu, kualitas literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah. Berdasarkan Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI), 46,83 persen siswa kurang dalam membaca. Hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan besar karena fakta-fakta yang ada saling bertolak belakang. Perpustakaan banyak, tetapi kualitas literasi masyarakat rendah.
Lalu, mengapa hal tersebut sampai terjadi? Hal ini disebabkan karena kurangnya akses literasi bagi masyarakat. Perbandingan jumlah buku dengan masyarakat Indonesia adalah 6.213 koleksi per 100.000 penduduk. Dengan kata lain, sebanyak 6.213 buku untuk 100.000 penduduk. Jumlah perbandingan tersebut bahkan tidak menyentuh setengahnya dari jumlah perbandingan penduduk Indonesia.
Selain itu, Indonesia kekurangan tenaga perpustakaan. Hal ini dapat dilihat dari data nasional dilansir dari perpusnas.go.id sebanyak 93,634 tenaga perpustakaan umum melayani keseluruhan masyarakat Indonesia.
Dalam upaya menjawab permasalah tersebut, perpustakaan digital hadir. Salah satunya adalah e-Perpus Purwakarta milik Perpustakaan Daerah Purwakarta dan menjadi perpustakaan digital pertama di Jawa Barat. Perpustakaan tersebut telah memiliki 3,000 koleksi ebook dengan berbagai macam katalog buku.

Dilansir dari Ayopurwakarta.com bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menyatakan bahwa hadirnya e-Perpus tersebut sebagai pelengkap akan kebutuhan literasi masyarakat Purwakarta.
Perpustakaan digital memang menjadi langkah yang cerdas dalam upaya memenuhi akses literasi bagi masyarakat. Namun, terdapat beberapa kendala yang dihadapi terutama di tengah kondisi pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan oleh Hamdan, Pengelola Perpustakaan Daerah Purwakarta saat dihubungi melalui telepon pada Selasa, 8 Desember 2020.
Hamdan mengatakan bahwa SDM di perpustakaan masih kurang sehingga terdapat beban kerja lebih. Otomatisasi Perpustakaan, bidang yang mengelola aplikasi e-perpus dan sosial media Perpustakaan Daerah Purwakarta, hanya dikelola oleh dua orang.
Kurangnya SDM ini juga berdampak pada jangkauan sosialisasi aplikasi e-Perpus Purwakarta. Hamdan mengatakan bahwa sejauh ini aplikasi tersebut telah disosialisasikan di seluruh kecamatan di Kabupaten Purwakarta, tetapi baru pada jenjang SD hingga SMP.
Sementara daerah yang diajak kerja sama lebih lanjut, seperti acara yang berkaitan dengan literasi, hanya yang dekat dengan perpustakaan daerah, misalnya SMPN 1 Purwakarta yang berjarak 700 m atau 9 menit jalan kaki dari perpustakaan daerah.
Pandemi juga menjadi kendala lainnya. Sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta telah menjalankan Gempungan sebuah program sosialisasi layanan masyarakat kepada penduduk Kabupaten Purwakarta, seperti daerah desa atau kecamatan. Gempungan diadakan setiap Rabu pada minggu kedua atau keempat setiap bulan. Salah satu sosialisasi yang dilakukan adalah e-Perpus Purwakarta dan Perpustakaan Daerah. Namun, semenjak pandemi kegiatan tersebut terpaksa dihentikan sementara.
Selain sosialisasi yang terhenti, anggaran yang sebelumnya dicanangkan untuk pembelian buku terpaksa dialihkan untuk menangani pandemi.
Perpustakan daerah juga dibantu oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Bantuan yang diberikan memang bukan dalam bentuk dana melainkan sarana dan prasarana. Namun, Hamdan menyayangkan tidak adanya pelatihan atau lokakarya bagi pekerja di perpustakaan daerah dari perpusnas. Padahal menurutnya, hal tersebut sangatlah penting guna mengembangkan dan meningkatkan mutu pekerja di perpustakaan daerah.
Perlu upaya pemerintah dalam meningkatkan akses literasi bagi masyarakat. Perbaikan dan peningkatan kualitas perpustakaan agar dapat memenuhi standar perlu diperhatikan. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah koleksi buku. Koleksi buku juga perlu ditambah agar semangkin tersedia bagi banyak orang. Selain itu, meningkatkan kualitas dan mencetak SDM dalam bidang perpustakaan juga perlu menjadi perhatian. Tanpa adanya tenaga perpustakaan pemenuhan akses literasi tidak akan terwujud
Minat baca yang tinggi dapat menjadi pendorong kuat dalam memenuhi upaya-upaya tersebut. Jangan sampai minat baca tinggi terabaikan dengan kurangnya akses literasi. Ibarat seseorang yang kehausan karena kekurangan air, hendaknya pemerintah dapat memenuhi akses literasi tersebut agar rasa “haus” masyarakat terhadap buku dapat terpenuhi.
Comments